TEMPO.CO, Jakarta - Jack Douglas Teixeira, seorang pemuda berusia 21 tahun. Menurut catatan militer, Teixeira bergabung dengan Garda Nasional pada 2019 dan bekerja di Pangkalan Garda Nasional Udara Otis. Nama pekerjaannya: pekerja harian sistem transportasi dunia maya.
Namanya melambung ketika ia dicurigai membocorkan dokumen rahasia milik pemerintah Amerika Serikat, sebuah negara yang dalam bayangan banyak orang memiliki sistem pengamanan data rahasia yang berlapis-lapis.
Kenyataannya, Teixeira bukan orang pertama yang melakukannya. Ia memiliki tiga pendahulu yang menggegerkan dunia intelijen AS, setidaknya sejak 2010. Seperti Jack Teixeira, ketiga pendahulunya tidak punya posisi penting dalam badan-badan intelijen. Mereka adalah orang-orang yang bekerja di posisi yang relatif rendah dan hampir tak diperhatikan siapa pun tetapi menikmati akses istimewa ke dokumen-dokumen rahasia. Mereka adalah:
Chelsea Manning
Sebelumnya ia dikenal sebagai Bradley Manning, seorang analis intelijen Angkatan Darat berusia 23 tahun pada 2010 ketika dia mencuri dan membocorkan lebih dari 700.000 dokumen rahasia, termasuk laporan medan perang tentang Irak dan Afghanistan serta kabel Departemen Luar Negeri. Manning, yang mengatakan dia memberikan dokumen ke Wikileaks sebagai bentuk protes, dinyatakan bersalah, dijatuhi hukuman 35 tahun penjara, sempat mendekam selama empat tahun sebelum diampuni oleh Presiden Barack Obama.
Edward Snowden
Pada 2013, Edward Snowden, 29 tahun, kontraktor intelijen Badan Keamanan Nasional di Hawaii, membocorkan banyak sekali dokumen rahasia yang mengungkapkan rincian tentang program pengumpulan dan pengawasan intelijen AS yang sangat rahasia. Snowden, yang didakwa berdasarkan Undang-Undang Spionase, tidak pernah menjalani sidang karena melarikan diri ke Rusia, tempat ia tinggal hari ini sebagai buronan dari peradilan AS. Menurut pengakuannya, dia membocorkan dokumen untuk memprotes kebijakan dalam negeri dan luar negeri AS.